Thursday, December 7, 2006
PASAR SENGGOL PERTAMA DI SAN FRANCISCO MENCATAT SUKSES BESAR
"Pasar Senggol " pertama di San Francisco mencatat sukses besar
San Francisco. March 7,2004/ Indonesia Media Magazine (www.indonesiamedia.com)
Anda masih ingat artikel di internet yang berjudul "You are Indonesian if you are ..." ? Dari puluhan daftar yang tertera di sana, salah satu yang saya ingat adalah "You are Indonesian if you don't mind driving over 200 miles just to get "kecap" (Indonesian soy sauce) . Tiba-tiba pikiran ini muncul di benak saya ketika mengamati dari dekat antusiasme masyarakat Indonesia kawasan San Francisco Bay Area yang tumpah ruah di bazaar Indonesia yang diadakan pada Minggu siang, 7 Maret 2004 lalu di Hall Gereja St. Stephen,dekat pusat perbelanjaan Stonestown. Betapa tidak, sejak jam setengah tiga sore diperkirakan lebih dari 1000 orang masuk keluar dan berjubel memenuhi bazaar swadaya masyarakat Indonesia yang pertama di San Francisco. Sayapun hanya bisa maklum. Kalau untuk urusan kecap saja orang Indonesia di Amerika mau berkorban menyetir ratusan mil, apalagi kalau urusannya soal aneka makanan dan jajanan kampung halaman, peminat dari Indonesia pasti benar-benar membludak !
Anda boleh percaya atau tidak, salah satu vendor yangmenjual gudeg harus pasrah sekaligus puas karena makanan khas Yogya ini habis dibeli pengunjung dalam tempo 30 menit saja ! Belum lagi, ada peserta bazaar lain yang dagangan bacang dan kue pepeknya (arek Suroboyo menyebutnya kue lapis) ludes diborong pembeli dalam waktu kurang dari satu jam. Jumlah peserta bazaar ini sekitar 30. Mulai dari stand tante-tante yang menjual hidangan Indonesia sampai dengan stand bisnis milik orang Indonesia yang berkecimpung di usaha gaun pernikahan, travel, asuransi, real estate broker,penjualan mobil, akuntansi, dekorasi interior,perhiasan, tupperware dan informasi tentang paspor dari Konsulat Jenderal Indonesia San Francisco.
Buat saya, hajatan orang Indonesia kali ini memang sungguh mengesankan. Pertama, setahu saya ini adalah event gotong royong dan swadaya orang Indonesia di BayArea yang pertama yang melibatkan berbagai kalangan. Artinya, acara ini bukan diadakan dalam rangka Agustusan dan mendatangkan artis Indonesia dan sejenisnya. Singkat kata, dari kita, oleh kita, untukkita orang Indo di SF Bay Area. Sulit dibayangkan kalau acara dari kalangan tertentu saja bisa menarik begitu banyak khalayak dari berbagai pihak.
Kedua, tampaknya orang-orang Indonesia di SF Bay Area,tidak perduli latar belakang, warna kulit dan logatnya, toh butuh untuk bertemu, bertegur-sapa, kongkow-kongkow, melepas rindu, omong kosong, bergaul satu sama lainnya. Anda bisa ikut tertegun kalau dalam bazaar ini banyak orang Indonesia yang sudah lama tidak saling jumpa ber-reuni di acara ini. Sedikitnya 3 kali saya sempat menoleh melihat orang-orang pada berpelukan histeris karena telah lama tidak bersua. Jangan pula anda heran bahwa sebagian pengunjung adalah bule lanjut usia yang asalnya Holland dan tinggal di puluhan tahun di Amerika. Oom-oom dan tante-tante dari Bay Area ini karena satu dan lain halpunya kaitan dengan Indonesia dan ingin datang ke bazaar untuk bernostalgia dan mencicipi jajanan Indonesia.
Bazaar unik dan masyarakat Indonesia di SF Bay Areakali ini mendapat kehormatan dengan dikirimnya wakil dari State Assembly member of California, Mr. Leland Y. Yee, Phd dan wakil dari Board of Supervisor City ofSan Francisco, Mr Tony Hall. Selaku pribadi, IbuTanzil, ibu Konjen baru yang akan segera menempati posnya di San Francisco juga menyempatkan hadir untuk berkenalan dengan para peserta dan pengunjung pameran.Sebagai fasilitator tempat, panitia tidak lupa memberikan kesempatan kepada Rm. Deshi Ramadhani, SJ sebagai wakil dari WKICU untuk memberi kata sambutan kepada masyarakat Indonesia pengunjung bazaar. Akhirnya, acungan jempol rupanya harus ditujukankepada panitia penyelenggara bazaar yang manamakandiri "Indonesian Society of San Francisco Bay Area"atas inisiatif kebersamaan ini. Beberapa orang daripanitia kecil ini termasuk John Oei dan Vincent Lie memang berkunjung ke Los Angeles beberapa bulan lalu untuk melakukan studi banding tentang bazaar serupa disana. Salut buat teman-teman Indonesia di L.A. (ICAA, Indonesian Chinese American Association) yangmemberi inspirasi agar berlangsungnya acara ini. Bazaar ini juga tidak mungkin terselenggara tanpa fasilitas tempat yang disediakan oleh Warga Katholik Indonesia California Utara yang diketuai Rudy Widjaja. Dan yang tak kalah penting, terima kasih tulus buat redaksi Majalah "Indonesia Media". Tanpa publikasi luas majalah kesayangan kita ini, event ini tidak bakal berbuah sukses seperti ini.
"Kalau kupandang kerlip bintang nun jauh di sana. Semakin hangat bagai ciuman yang pertama Detak jantungku seakan ikut irama. Karena terlena oleh pesona alunan kopi dangdut" Sayup-sayup lirik kopidangdut-pun mengiringi jalannya bazaar. Dan orang-orang Indopun masih berdesak-desakan ngobrol,mengunyah cendol, sebagian kepedasan karena kebanyakan ngegado cabe rawit, satu dua anak terpisah darimamanya, terus masih saja orang-orangbersenggol-senggolan antri di stand martabak manis. Kembali ke judul tulisan ini dan begitu "asyiknya"orang bersenggolan karena lagu kopi dangdut, akhirnya saya mengusulkan panitia untuk mengusulkan acara bazaar Indonesia pertama di San Francisco yang ini sebagai "PASAR SENGGOL SAN FRANCISCO".
Ehm, anda siap disenggol ? Datang saja ke "PasarSenggol San Francisco" berikutnya. Jaga tanggal mainnya di "Indonesia Media" !
(Contact Vonny Oei, Phone number : 415-242-8129 dan Email Vonny@thinkapril.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment